
PEKANBARU, lintasmelayu.com - Arena Pekan Budaya Melayu Serumpun dipenuhi keceriaan yang menjadi rangkaian kemeriahan HUT ke-68 Provinsi Riau. Sejak sore, warga dari berbagai penjuru daerah berdatangan membanjiri lokasi untuk menikmati hiburan rakyat yang kaya sentuhan budaya.
Di antara keramaian itu, permainan tradisional menjadi daya tarik tersendiri. Mulai dari rimau, yeye, hingga enggrang, semua tersaji untuk mengajak pengunjung bernostalgia dan mencoba langsung keseruan permainan tempo dulu.

“Awalnya agak takut jatuh, tapi ternyata seru banget,” ujarnya sambil tertawa di Jalan Sultan Syarif Kasim Pekanbaru, Sabtu (9/8/2025).
Menurut Adinda, meski terlihat sederhana, enggrang membutuhkan konsentrasi dan keterampilan. Ia mengaku senang karena permainan ini mengajarkannya arti kesabaran dan koordinasi tubuh.
“Rasanya seperti belajar berjalan dari awal lagi,” katanya.
Tak hanya permainan, arena pameran sejarah juga ramai dikunjungi. Tampak antrian warga yang ingin melihat langsung Mahkota Sultan Siak. Momen pameran benda pusaka tersebut sangat dinanti-nanti masyarakat, pasalnya benda-benda Kesultanan Siak baru dipamerkan tahun ini setelah merantau 80 tahun silam.

Salah satu yang merasakan momen istimewa itu ialah Teti Herliza (47), wanita kelahiran Siak yang sejak kecil sering mendengar cerita tentang kesultanan dari orang tuanya. Begitu berdiri di depan mahkota berlapis emas dan permata itu, matanya berkaca-kaca.
“Rasanya seperti balik ke masa lalu. Benda ini bukan hanya perhiasan tapi simbol jati diri dan kejayaan leluhur kami,” ucapnya lirih.

“Semoga anak-anak kita nanti masih bisa melihat ini semua dan tahu bahwa Riau punya sejarah besar yang patut dibanggakan,” katanya dengan nada penuh harap.
Gilang Fikri (26), pengunjung asal Kuantan Singingi, termangu saat melihat koleksi benda pusaka. Ia menatap lama ke berbagai peninggalan bersejarah.
“Ternyata daerah kita kaya dengan sejarah. Kita bisa membayangkan betapa megahnya Riau di masa kejayaan. Kalau tak ada pameran seperti ini, mungkin saya belum tentu bisa melihat langsung benda-benda bersejarah bumi lancang kuning,” singkatnya.

Alunan musik Gambang Kromong kemudian menambah warna, memadukan kekayaan budaya Betawi dan Melayu. Lalu, panggung semakin semarak saat penari lokal beraksi disusul adanya penampilan pesona wastra Riau.
Sorak-sorai penonton pecah ketika Vina Candrawati naik ke panggung, ia melukis dengan metode pasir secara langsung. Karya Vina yang menggambarkan kehidupan peradaban dan persatuan Riau, membuat penonton terkesima.

Di sela pertunjukan, aroma sedap dari stand kuliner menggoda selera. Puluhan stan makanan menghadirkan hidangan khas Riau seperti Mie Sagu hingga kudapan otak-otak yang dilapisi daun pisang.
Elvira Ninda (25), warga Kepulauan Meranti, mengungkapkan rela menempuh perjalanan jauh demi merasakan langsung kemeriahan HUT Riau. Menurutnya, hiburan rakyat seperti ini sangat penting sebagai wadah memperkenalkan benda pusaka dan kuliner khas Melayu.
“Saya senang sekali bisa menyaksikan berbagai pertunjukan budaya sekaligus mencicipi kuliner yang enak-enak, tadi saya baru menyantap Mi Sagu. Kita jadi tahu bahwa budaya Riau itu sangat beragam dan kaya. Sayang kalau sampai hilang,” ungkapnya.
Hingga malam larut, pengunjung masih terus berdatangan. Banyak di antara mereka yang memilih bertahan untuk menikmati semua penampilan dan mengabadikan momen bersama keluarga maupun teman.

"Kami menghadirkan beragam atraksi seni, kuliner, dan berbagai budaya bukan sekadar hiburan, tetapi juga upaya memperkuat identitas Melayu dan menjadikannya daya tarik wisata unggulan Riau. Sehingga, kami harap momentum HUT ke-68 Provinsi Riau ini menjadi ajang silaturahmi budaya dan sekaligus mendukung ekonomi kreatif daerah." tuturnya.(MCR)
Posting Komentar